Jumat, 04 Maret 2016

Banyaknya orang nyata-nyatanya tidak mencuci baju yang baru dibeli

Banyaknya orang nyata-nyatanya tidak mencuci baju yang baru dibeli, sebelum memakainya. Padahal, etika ini dapat meningkatkan risiko penyakit. Anda tentunya tak pernah tahu proses di balik pembuatan pakaian tersebut.

Menurut para peneliti dari Universitas Stockholm, dr rochelle skin expert proses pelaksanaan kain buat pakaian memakai bahan kimia yang bakal meninggalkan racun berbahaya. Bahan kimia tersebut tentunya masihlah menempel terhadap pakaian yang Anda beli. Bahkan, dikala dicuci bahan kimia tersebut belum tentu hilang.
Sebanyak orang nyata-nyatanya tidak mencuci baju yang baru dibeli, sebelum memakainya. Padahal, kebiasaan ini bakal meningkatkan risiko penyakit. Anda tentunya tak pernah tahu proses di balik pembuatan pakaian tersebut.

Menurut para peneliti dari Universitas Stockholm, proses pembuatan kain untuk pakaian menggunakan bahan kimia yang bakal meninggalkan racun berbahaya. Bahan kimia tersebut tentunya tetap menempel pada pakaian yang Anda beli. Bahkan, kala dicuci bahan kimia tersebut belum tentu hilang.

Sebanyak 60 pakaian di Swedia. Berdasarkan analisis awal, terdapat ribuan bahan kimia kepada pakaian. Menurut peneliti, bahan katun organik sekalipun tidak menjamin tanpa bahan kimia beracun.

Salah satu peneliti, Giovanna Luongo mengungkapkan, paparan bahan kimia tersebut bisa meningkatkan risiko dermatitis alergi atau peradangan pada kulit. “Beberapa bahan kimia diduga bersifat karsinogen dan sekian tidak sedikit memiliki toksisitas air,” kata peneliti.

Sebelum memanfaatkan baju baru, sebaiknya dicuci terlebih lalu. Bila perlu, cucilah lebih dari satu kali. Aplagi buat baju yang akan diperlukan oleh anak-anak dan pada orang dewasa yang kulitnya sensitif.

Menurut penelitian lain, pakar dermatologi Donald Belsito mengungkapkan, ada dua alergen atau pemicu alergi dari pakaian baru, yakni berasal dari pewarna dan resin formaldehyde. Menurut dirinya, sebagian gede bahan pakaian menggunakan pewarna azo-aniline yang bisa memicu reaksi pada kulit.

Sejumlah 60 pakaian di Swedia. Berdasarkan analisis awal, terdapat ribuan bahan kimia pada pakaian. Menurut peneliti, bahan katun organik sekalipun tidak menjamin tanpa bahan kimia beracun.

Salah satu peneliti, Giovanna Luongo mengungkapkan, paparan bahan kimia tersebut bisa meningkatkan risiko dermatitis alergi atau peradangan pada kulit. “Beberapa bahan kimia diduga bersifat karsinogen dan sekian tidak sedikit memiliki toksisitas air,” kata peneliti.
Sejumlah orang nyatanya tidak mencuci baju yang baru dibeli, sebelum memakainya. Padahal, etika ini dapat meningkatkan risiko penyakit. Anda tentunya tak pernah tahu proses di balik pembuatan pakaian tersebut.

Menurut para peneliti dari Universitas Stockholm, proses pengerjaan kain utk pakaian memanfaatkan bahan kimia yang dapat meninggalkan racun berbahaya. Bahan kimia tersebut tentunya masihlah menempel pada pakaian yang Anda beli. Bahkan, waktu dicuci bahan kimia tersebut belum tentu hilang.

Sebanyak 60 pakaian di Swedia. Berdasarkan analisis awal, terdapat ribuan bahan kimia kepada pakaian. Menurut peneliti, bahan katun organik sekalipun tidak menjamin tanpa bahan kimia beracun.

Salah satu peneliti, Giovanna Luongo mengungkapkan, paparan bahan kimia tersebut bakal meningkatkan risiko dermatitis alergi atau peradangan terhadap kulit. “Beberapa bahan kimia diduga bersifat karsinogen dan sekian tidak sedikit memiliki toksisitas air,” kata peneliti.

Sebelum memakai baju baru, sebaiknya dicuci apalagi dahulu. Kalau perlu, cucilah lebih dari satu kali. Aplagi utk baju yang dapat digunakan oleh anak-anak dan pada orang dewasa yang kulitnya sensitif.

Menurut penelitian lain, pakar dermatologi Donald Belsito mengungkapkan, ada dua alergen atau pemicu alergi dari pakaian baru, yakni berasal dari pewarna dan resin formaldehyde. Menurut dia, sebagian besar bahan pakaian menggunakan pewarna azo-aniline yang bisa memicu reaksi pada kulit.

Sebelum memakai baju baru, sebaiknya dicuci terlebih dahulu. Bila perlu, cucilah lebih dari satu kali. Aplagi untuk baju yang sanggup dipakai oleh anak-anak dan pada orang dewasa yang kulitnya sensitif.

Menurut penelitian lain, pakar dermatologi Donald Belsito mengungkapkan, ada dua alergen atau pemicu alergi dari pakaian baru, yakni berasal dari pewarna dan resin formaldehyde. Menurut ia, sebagian akbar bahan pakaian menggunakan pewarna azo-aniline yang dapat memicu reaksi pada kulit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog